Setelah
sekian lama merencanakan tapi gagal terus, akhirnya Sabtu kemarin kami jadi
juga mengunjungi keluarga adik yang tinggal di daerah Sariwangi. Saya tahu
tujuan anak-anak minta main ke rumah tantenya, pertama kangen main sama para
sepupunya dan kedua ingin makan surabi favorit mereka di Setiabudi.
Ngomong-ngomong
soal surabi, awalnya saya mengira ini Surabi Imut yang terkenal itu. hingga
kemarin saya nanya sama pelayannya, eh ternyata dia bilang bukan. Kami sudah
langganan ke warung surabi ini lumayan lama, dan saya pun lupa dulu Surabi Imut
atau bukan namanya. Yang jelas dulu peralatan makannya serba orange dan sekrang
serba hitam. Dari segi varian rasa dan citarasanya saya kira sama saat
peralatan makannya orange dan hitam. Jadi saya tak dapat memastikan apa hanya
ganti warna atau memang beda pengelola. Dan lupa pula buat menanyakan hal ini
sama pelayannya. Sudahlah, yang penting rasanya tetap tak terlupakan ehehe.
![]() |
Surabi 194 di Jl. Setiabudhi |
Etapi
sebenarnya saya masih penasaran sama Surabi Imut. Kapan-kapan harus nyobain
rasa surabi di sana. Pelopor surabi dengan inovasi aneka topping itu sudah mulai
muncul dan dikenal saat saya kuliah di UPI. Memang dekat secara jarak, tapi
saat itu keluarga kami terkena imbas dahsyatnya krismon, hingga untuk membeli
surabi di Surabi Imut pun tak mampu. jadi, saya penasaran banget sebelum berhasil mampir ke sana.
Oh ya, buat yang belum tahu, surabi ini makanan tradisional khas Sunda yang terbuat dari tepung beras dicampur santan kelapa. Dibakar menggunakan cetakan khusus kue surabi dan paling harum bila dibakar di atas kayu bakar, seperti di cafe ini. Biasanya, surabi dijual pagi hari untuk sarapan dengan topping oncom atau dicocol dengan kinca (air gula aren). Tapi sekarang surabi sudah banyak dijual di cafe-cafe dengan variasi topping yang banyak sehingga digemari semua usia dan semua kalangan.
Berhubung
ngiler sama berbagai varian topingnya dan kami jarang bisa datang ke tempat
ini, kami pun masing-masing langsung pesan dua porsi. Kami harus sabar menunggu
hingga pesanan jadi, sekitar 15 menitan mungkin ada. Ini juga alasan langsung
pesan dua, Karena kalau pesan satu terus buat nambah laginya harus nunggu lama
lagi J
Oh
ya, pilihan topping surabi ini buanyak banget, ada 82 pilihan. Dari yang klasik
seperti surabi oncom dan surabi kinca, hingga surabi oreo ice cream. Yang paling
murah adalah surabi polos, Rp 7.000 dan yang paling mahal adalah surabi durian
coklat keju Rp 22.000. kebanyakan antara kirasan harga Rp 8.000 hingga Rp
14.000. Nggak bikin kantong bolong kan ya?
![]() |
pilihan aneka topping surabi |
Seperti
biasa pilihan pertama anak-anak adalah surabi oreo es krim. Sebenarnya, menurut
lidah saya sih lebih yummy yang manis, tapi kemarin saya ingin nyoba yang manis
dan asin. Oncom sama ayam kelihatannya enak jadi toping surabi.
![]() |
surabi oreo es krim favorit anak-anak |
Pilihan
favorit saya adalah surabi pisang keju susu. Menurut saya topping ini enaknya
pas banget. Dulu pernah pesan surabi pisang coklat keju susu, menurut saya
rasanya jadi terlalu manis, jadilah sekarang coklatnya diskip. Perpaduan sedikit
rasa asam dari pisang, gurih asin dari keju, dan manis dari susu rasanya sangat
lezat di lidah.
![]() |
surabi favorit saya |
Satu
lagi saya pengen nyoba surabi oncom sosis ayam, saya menghidari topping mayo
karena rasanya kurang cocok di lidah ndeso sayaJ. Surabi oncom
sosis ayam rasanya lumayan, tapi lain kali saya rasa akan lebih memilih topping
manis, lebih yummy buat lidah saya.
Pilihan
pertama anak-anak bahkan sebelum tiba di lokasi adalah surabi oreo ice cream. Kelihatannya
seger banget, mereka menghabiskannya dalam sekejap. Entah lapar, doyan, atau
khawatir esnya mencair, mungkin karena ketiganya J
![]() |
khusyu banget yang makan surabi es krim |
Suami
saya pesan surabi dengan topping sama persis dengan istrinya. Nampaknya dia
percaya dengan pilihan lidah istrinya J. Dia juga pesan
cilok goreng, bumbu kacangnya memang membuat ciloknya terlihat menggoda. Oh iya,
di café ini bukan hanya menjual surabi, mereka juga menjual banyak menu lainnya
seperti cilok goreng ini. Sepertinya ini satu gedung digunakan oleh beberapa
pemilik usaha kuliner yang berbeda. Tapi setiap masuk ke tempat ini tujuan kami
selalu sama: surabi J
Karena
si Bungsu tidur dari nyampe hingga pulang, jadilah kami pesan satu buat
dibungkus. Pas di mobil dia bangun terus minta makan. Kupikir dia bakal lahap
menikmati surabi yang masih lumayan hangat. Sengaja kupilihin toping seres susu
keju kesukaannya. Ternyata perkiraanku salah, si Bungsu keukeuh pingin makan nasi. Hehehe … Ade … Ade, anak Indonesia
banget, yang makan itu ya nasi J
Akhirnya
itu surabi jadi rezekiku dan Aa-nya. Ternyata beda ya nikmatnya, lebih nikmat
dinikmati langsung di tempat dari pada di bungkus. Mungkin karena dimakan di
tempat surabinya masih panas dan fresh. Baiklah, semoga ada kesempatan lagi
menikmati surabi yummy itu di tempatnya.