Anak-anak
selalu suka dibacakan buku cerita oleh orang tuanya. Ternyata dibalik asyiknya
kegiatan bercerita ini, terdapat segudang manfaat baik untuk anak maupun untuk
orang tua.
***
Suatu hari Wafa
tiba-tiba berkata, “Bunda, Kakak mau diganti dong namanya.” Aku agak kaget
mendengarnya karena berpikir ada yang mengejek, mengingat namanya terdengar
agak seperti anak perempuan. Sebenarnya nama panjangnya Mujahid Dhiyaul Wafa,
sangat laki-laki. Tapi aku tekan prasangkaku dan menanggapinya dengan santai.
“Lho kenapa mau diganti? Memangnya Kakak mau diganti namanya jadi apa?”
Sulungku menjawab mantap, “Aku mau namanya jadi Daud, seperti Nabi Daud.”
Hatiku mulai tenang mendengar jawabannya. “Oh, Kakak mau diganti jadi Daud ya?
Kenapa mau diganti jadi Daud?” selidikku sambil tersenyum. “Iya, karena kan
Nabi Daud itu aku baca hebat sekali. Masih kecil juga sudah berani mengalahkan
Raja Zalut yang seperti raksasa.”
Sekarang aku
paham masalahnya. Akhir-akhir ini Sulungku itu memang tengah senang-senangnya
membaca buku kisah nabi-nabi. Sementara adik-adiknya suka melihat-lihat
gambarnya, dan sesekali minta kakak mereka membacakannya. Hatiku menghangat
karena bahagia. Putraku mulai mengidolakan nabinya. Semoga setelah ia banyak
membaca kisah keteladanan tokoh Islam, semakin banyak pula tokoh Islam yang ia
idolakan. Aku berharap, jika ia mengidolakan banyak tokoh Islam, ia akan lebih
mudah menjadi anak yang saleh.
Mendidik anak
melalui cerita bukanlah hal yang asing dalam agama Islam. Allah Swt. dalam Al
Quran banyak sekali menggunakan cerita untuk mengajarkan sesuatu kepada kita.
Bahkan sebuah surat Al Quran dinamakan surat Al Qashash artinya kisah-kisah. Rasulullah
Saw. pun kadang menjelaskan sesuatu kepada para sahabat dengan menggunakan
cerita. Berdasarkan fakta demikian, maka alangkah baiknya jika orang tua dapat
memanfaatkan cerita keteladanan untuk mendidik buah hati tanpa terasa
menggurui.
Bila diperhatikan dengan jeli ternyata membacakan
cerita keteladanan dapat memberikan banyak hal bagi pendidikan anak,
diantaranya adalah:
1.
Mengembangkan imajinasi dan fantasi anak.
Saat sebuah
buku cerita dibacakan, maka saat itu imajinasi dan fantasi anak akan bekerja.
Ia mungkin mengira-ngira tokoh ceritanya memakai baju apa atau wajahnya
bagaimana. Jika sang tokoh ada di suatu tempat, anak akan membayangkan
kira-kira tempatnya seperti apa, ada apa saja di sana, samakah sebuah taman
bermain tempat tokoh itu bermain dengan taman bermain yang ia kunjungi, dan
lain sebagainya. Semakin sering seorang anak dibacakan atau membaca buku cerita,
maka akan semakin berkembang pula imajinasi dan fantasinya.
Inilah
jawaban mengapa membaca atau dibacakan buku berbeda dengan jika anak menonton
film. Saat menonton film, semua sudah digambarkan dengan jelas sehingga tidak
ada kesempatan bagi anak untuk mengembangkan imajinasi dan fantasinya.
2.
Mengasah kepekaan emosi anak dengan diajak menghayati dan merasakan
berbagai perasaan yang dialami oleh tokoh dalam cerita.
Orang
tua dapat memanfaatkan cerita untuk mengasah kepekaan anak, misalnya saat
membacakan kisah Nabi Ayyub as. yang ditimpa musibah terus menerus. Setelah
bercerita, eksplorasi perasaan anak kira-kira bagaimana perasaannya jika ia
dalam posisi Nabi Ayyub.
3.
Memupuk minat baca anak karena anak akan melihat bahwa dalam buku
itu ada sesuatu yang menarik.
Jika
seorang anak sering dibacakan buku, lama-lama ia akan mengerti bahwa di dalam
buku itu ada sesuatu yang menarik. Sehingga ia akan minta lagi dan lagi untuk
dibacakan buku. Lama-lama ia berpikir, jika aku bisa membaca buku sendiri pasti
akan lebih menyenangkan. Setelah bisa membaca, ia akan mencari buku lagi dan
lagi untuk memuaskan minat bacaanya yang semakin meningkat.
4.
Meningkatkan kreativitas dan kekritisan anak dengan merangsang anak
untuk berfikir serta memperhatikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
anak mengenai cerita.
5.
Meningkatkan hubungan emosional antara anak dengan orang yang
bercerita terutama orang tua karena ketika bercerita itu terjadi kontak batin
dan dampak positif paling penting dari kontak batin ini adalah orang tua merasa
didengar dan diperhatikan dan anak merasa disayangi. Bercerita sebagai salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk menjalin komunikasi dalam pendidikan anak
pada hakikatnya bukanlah bercerita untuk anak melainkan bercerita bersama anak
artinya anak dilibatkan.
6.
Membina akhlak anak karena dia akan memperoleh contoh-contoh
perilaku yang baik dan buruk serta akibat yang ditimbulkannya, sehingga dia
bisa menentukan pilihan mana yang harus dia pergunakan dan mana yang harus
dijauhi.
Inilah inti
yang kita harapkan dari membacakan cerita keteladanan pada anak. Akan tetapi
orang tua jangan terjebak untuk menjejalkan nilai-nilai yang banyak sehingga terkesan
menggurui dan anak malah tidak merasa senang.
7.
Mengembangkan daya analisis anak karena ketika mendengarkan cerita
itu anak menganalisis permasalahan dan juga menyerap nilai-nilai mengenai
realitas kehidupan yang sebelumnya tidak mereka ketahui.
Setelah
mengetahui demikian banyaknya manfaat cerita keteladanan dalam pendidikan anak,
semoga kita bisa konsisten membacakan cerita keteladanan bersama si Kecil. Sebagian
orang tua mungkin merasa dirinya bukan seorang pencerita yang baik, tapi kasih
sayang orang tua untuk anaknya akan berkata lain. Ia akan dapat memunculkan
kreativitas untuk bercerita demi kebahagiaan anak yang berarti membahagiakan
diri sendiri juga. Karena selain memenuhi keingintahuan anak, terpenuhi juga
kebutuhan lain seperti kebutuhan dicintai, rasa aman, dihargai juga aktualisasi
diri.
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar, mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih :)