Sahabat, saat ini dunia bisnis semakin semarak dan bergairah.
Tentunya hal ini disebabkan berbagai kemudahan yang dihasilkan oleh kemajuan
teknologi. Bayangkan, dulu orang tua kita untuk berbisnis itu harus punya toko dan
barang-barang yang dijual di toko. Harus stand
by duduk jaga toko atau mengupah orang untuk menjaganya. Setelah barang
habis harus belanja lagi untuk mengisi toko. Jika banyak yang berhutang dan tak
ada modal cadangan maka terpaksa tak bisa belanja lagi sampai modal kembali.
Orang yang berbelanja tentu terbatas pada orang sekitar daerah toko itu ada,
orang yang melewati daerah itu, atau orang jauh yang sudah menjadi langganan. Meski
ada toko yang buka 24 jam tapi umumnya toko punya jadwal buka dan tutup.
Coba bandingkan dengan keadaan sekarang, kemajuan teknologi membuat
segalanya menjadi fleksibel. Semua orang bisa berbisnis apa saja, di mana saja,
kapan saja, sambil apa saja bahkan jika tak punya modal sepeserpun. Seorang
mahasiswa misalnya, disela-sela kuliah ia berbisnis melalui gadget tanpa modal.
Tinggal promosi di BBM, WA, Twiter, FB, dll. Kalau ada yang pesan ia segera
memesannya kepada agen yang nantinya langsung mengirim pada konsumen.
Pembayaran cukup ditransfer. Mudah bukan? Siapa pun bisa melakukannya termasuk
orang yang merasa malu jika harus berjualan secara face to face. Mungkin termasuk Anda hehe .…
Nah, sebagai pebisnis, kudu bin wajib Anda mengetahui
rambu-rambunya sesuai contoh Rasul. Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah Saw.
telah berbisnis sejak masih belia. Dan dari bisnis itu beliau memiliki kekayaan
yang luar biasa sebelum diangkat menjadi nabi. Mari kita melihat bagaimana
etika beliau dalam berbisnis, untuk kita jadikan rujukan saat ini.
1.
Menomorsatukan kejujuran
“Para
saudagar pada Hari Kebangkitan akan dibangkitkan sebagai pelaku kejahatan,
kecuali mereka bertakwa kepada Allah, jujur, dan selalu berkata benar.” (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah, Darimi, dan Baihaqi)
Sejak
muda Rasulullah terkenal dengan gelar Al Amin artinya orang yang dapat dipercaya.
Demikian pula dalam berbisnis, beliau sangat mengedepankan kejujuran.
Sampai-sampai Khadijah kesemsem berat setelah pembantunya, Maesyaroh
menceritakan perihal sikap Nabi saat berdagang. Hal itulah yang membuat
Khadijah memutuskan untuk melamar Muhammad Saw. menjadi suaminya.
2.
Menjelaskan
kualitas barang
“Tidak
boleh seseorang menjual sesuatu, kecuali dengan menjelaskan apa yang ada
padanya, dan tidak boleh bagi orang yang mengetahuinya, kecuali harus
menjelaskannya.” (HR. Hakim)
Kalau
jualan offline mungkin mudah terlihat ya saat sebuah barang ada cacat. Tetapi,
bagi pebisnis online ini harus betul-betul diperhatikan, karena konsumen kan
tidak tahu kualitas barang yang Anda jual kecuali dari spesifikasi produk serta
gambar yang Anda berikan.
3.
Tidak menjual
barang haram
“Allah
dan Rasul-Nya telah mengharamkan penjualan anggur, hewan yang mati secara alami
(tidak disembelih), babi, dan berhala.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Bagi
seorang muslim, bisnis bukan hanya urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat. Karena
itu, masalah halal haram amat sangat harus wajib diperhatikan.
4.
Menjaga etika
dalam hubungan bisnis
Nabi amat memperhatikan etika dalam berbisnis. Sehingga, beliau
tidak memiliki musuuh dalam bisnis. Demikian pula kita sebagai umatnya,
hendaklah menjaga etika bisnis. Hal yang sederhana, tampak sepele, tapi sering
dijumpai adalah spaming. Masih banyak
penjual yang melakukan spaming dengan
mempromosikan dagangannya di kolom komentar orang lain yang sedang berjualan. Ini
sangat tidak etis, ibaratnya dia masuk ke toko orang lain dan menggelar lapak
di sana.
5.
Menjauhi sumpah
yang berlebihan
“Hati-hatilah
terhadap sumpah yang berlebihan dalam suatu penjualan. Meskipun meningkatkan
pemasaran, ia juga akan mengurangi berkahnya.”
Kata
Nabi, orang yang banyak bersumpah itu biasanya banyak berdusta. Tak perlulah
Anda bersumpah berlebihan untuk menarik pembeli. Toh kalau barang Anda memang
berkualitas, pembeli pun tak akan lari. Buat apa Anda mengejar keuntungan yang
cepat dengan sumpah berlebihan, tetapi berkahnya berkurang.
Demikian
antara lain lima rambu-rambu bisnis ala Nabi. Semoga Anda dapan meneladaninya
dan kemudian sukses seperti beliau. Aamiin.
Zaman sekarang memang semakin banyak pedagang yang "ngobral kecap", Mbak. Kita yang jadi konsumen harus hati2, sekaligus harus mengingatkan diri sendiri untuk menjadi pedagang yang amanah jika suatu saat memiliki kesempatan berbisnis.
BalasHapusbanyak yang cari untung dengan cepat ya... semoga kita bisa jadi konsumen yang hati-hati dan pedagang yang amanah ya..
HapusMenjelaskan kualitas barang, ini nih yang paling banyak ditemukan pelanggarannya. Katanya, barang dijamin kualitas bagus ternyata tidak. Apalagi yang belanja online, makin sering de kecewa.
BalasHapusKalau rambu-rambu Nabi dipatuhi semua, nggak akan ada yang dikecewakan ya, Mba...
HapusIya nih terkadang penjual online mengabaikan untuk menjelaskan kualitas barang yang dijual
BalasHapusSemoga makin banyak yang lebih amanah yaa..
HapusIya betul, walau bisnis dimudahkan, prinsip bisnis tetap harus dipegang.
BalasHapussepakat, Mba...
HapusKadang kecewa sama pedagang yang berlebihan promosinya.. Yang ternyata jauh dari kondisi asli. Jadi deh ekspetasi nggak sama dengan realita... Huaaaa😩
BalasHapusIya betul...Aduh harus introspeksi kayaknya saya juga, jangan sampai jadi penulis bikin review berlebihan :)
HapusBener banget mba, tipsnya emang yahud. Saya paling males urusan belanja online. Barang yg dipajang ama yg datang bedanya kayak siang ama malem, hikss..
BalasHapusKudu pinter cari penjual yg jujur mah yah
Wah banyak kasus kayaknya yah para penjual online dengan kualitas barangnya...
HapusSeandainya seluruh pedagang melakukan hal ini. Sebagai konsumen pasti nyaman melakukan transaksi jual beli
BalasHapussepakat, Mba Dwi... semoga terkabul :)
Hapus