Tak seorang pun yang menyukai jika mengetahui dirinya difitnah,
termasuk Rasulullah. Tapi Rasulullah
punya cara yang ampuh untuk menghentikan si tukang fitnah.
***
Berkembang pesatnya media sosial di dunia maya saat ini punya dua
sisi. Sisi positifnya banyak, sisi negatifnya pun tak kalah banyak. Positifnya,
dunia maya membuat kita bisa bertemu kembali dengan teman-teman yang sudah lama
kehilangan kontak. Di dunia maya juga kita bisa memiliki banyak teman dan
bergaul dengan berbagai kalangan. Kita bisa belajar dan berbagi banyak hal yang
bermanfaat.
Namun sisi negatifnya juga banyak. Kemudahan untuk berbagi apa saja
kadang membuat kita tidak selektif sehingga ikut membagikan informasi yang
belum tentu benar. Membicarakan keburukan tokoh Fulan atau pejabat Fulanah
tanpa tedeng aling-aling lagi. Aib diumbar dan fitnah mudah sekali menyebar.
Bukan tidak mungkin kita pun pernah menjadi korban difitnah oleh orang lain.
Jika menjadi korban fitnah apa yang akan Anda lakukan? Membalas?
Ya, kita memang boleh membalas orang yang menyakiti setara dengan perlakuannya,
tapi itu berarti kita tak ada bedanya dengan mereka. Pasrah dan diam saja? Jika
Anda ikhlas dan itu jalan supaya mereka menghentikan fitnahnya sih oke, tapi
bagaimana jika mereka berpikir diamnya Anda berarti membenarkan dan membuat
mereka makin menjadi-jadi? Atau Anda diam tapi tidak membalas tapi hati
mendendam setengah mati, itu juga tidak bagus.
Mau tahu cara Rasulullah Saw. menghadapi fitnah? Beliau memotong lidah
tukang fitnah! Mungkin Anda heran, bagaimana bisa Rasulullah yang lembut itu
memotong lidah orang. Penasaran kan? Makanya simak yuk kisah berikut ini:
Suatu hari kaum muslimin bertempur melawan kaum musyrikin Quraisy
dan Suku Hawazin dalam perang Hunain. Pertempuran sengit pun terjadi. Hampir
saja kaum muslimin terdesak hingga kemudian Rasulullah Saw. dengan gagah berani
memimpin pertempuran. Kaum muslimin kembali bersemangat hingga akhirnya
memenangkan pertempuran. Pekikan Allahu Akbar terdengar di mana-mana
menggetarkan hati kaum muslimin dan menciutkan nyali musuh.
Selesai pertempuran, musuh segera meninggalkan lokasi pertempuran.
Penuh kegembiraan kaum muslimin mengumpulkan harta rampasan perang. Ternyata
sangat banyak sekali. Senjata, binatang ternak, perhiasan, dan lain sebagainya.
Sesuai aturan syariat, Rasulullah mendapat bagian seperlimanya untuk dibagikan
kepada sanak saudara serta siapa pun yang beliau kehendaki. Empat perlima lainnya
semua dibagikan kepada setiap orang yang terlibat dalam peperangan.
Di antara yang ikut berperang dan mendapat harta rampasan itu ada
seorang mualaf bernama Abbas. Dia seorang penyair. Rupanya, Abbas tidak merasa
puas dengan bagiannya dan mendengki kepada Rasulullah. Tanpa malu, Abbas
membuat syair-syair menjijikan yang berisi fitnahan pada Rasulullah. Dia
mengatakan bahwa beliau berlaku tidak adil mengenai rampasan perang.
Tentu saja sebagian besar kaum muslimin merasa marah mendengar
Rasul yang mereka sayangi difitnah seperti itu. Mereka mengadukan Abbas si penyair
itu pada Rasulullah. Mengherankan sekali karena beliau malah tersenyum. “Bawa
saja orang itu kemari dan potong saja lidahnya!”
Semua orang mengira beliau serius dengan ucapannya. Mereka berpikir
itu memang hukuman yang sesuai untuk seorang tukang fitnah Nabi. Tentu saja
Abbas ketakutan setengah mati, ia mengira lidahnya akan benar-benar dipotong.
Tiba-tiba Ali bin Abi Thalib menyeret Abbas yang gemetaran ke tengah lapangan
tempat dikumpulkannya binatang ternak hasil rampasan perang. “Ambillah sebanyak
yang kamu mau,” kata Ali tegas. “Apa?” Abbas kaget dan mengira telinganya salah
mendengar. “Ya, Rasulullah menyuruh kamu untuk mengambil binatang itu sebanyak
yang kamu suka.” “Beginikah cara Rasulullah memotong lidahku? Demi Allah, aku
tidak mau mengambilnya sedikit pun,” kata Abbas sambil menahan malu.
Abbas yang muallaf kini makin menyadari kemuliaan akhlak
Rasulullah. Ia merasa malu dan bersalah sekali. Sejak itu ia tak pernah lagi
menggubah syair-syair yang memfitnah Rasulullah.
Subhanalloh, luar biasa sekali Rasulullah itu. Seorang yang awalnya
membenci dan memfitnah bisa berbalik menyayanginya.
Nah, apakah Anda bisa meniru sikap Rasulullah? Jika Anda berpikir, “Ah
itu kan Nabi, kita manusia biasa, mana bisa seperti itu.” Baiklah, sekarang
kita simak bersama kisah seorang manusia biasa. Orang ini luar biasa karena
masih hidup tapi Nabi mengatakan dia calon penghuni surga.
Suatu hari Nabi dan para sahabat tengah berkumpul belajar Al Quran.
Tiba-tiba beliau bersabda, “Sebentar lagi akan datang seorang calon penghuni
surga.” Tentu saja semua orang penasaran. Tidak lama kemudian datang seorang
laki-laki yang sangat sederhana. Mereka menjadi ragu-ragu. Namun setelah
Rasulullah mengulangi hingga tiga kali akhirnya mereka yakin orang itulah yang
dimaksud.
Karena semua sahabat penasaran, diutuslah seorang sahabat untuk
menginap dan menyelidiki amalan lelaki tersebut. Tiga hari berlalu namun
sahabat itu tidak menemukan sesuatu yang istimewa. Lelaki itu shalat, shaum,
tilawah namun juga makan, istirahat, dan tidur seperti orang lain. Maka ia pun
berterus terang dengan misinya.
Si laki-laki
menjawab, ”Wahai Sahabat, seperti yang engkau lihat dalam kehidupan sehari-hariku.
Aku adalah seorang muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun ada satu
kebiasaanku yang bisa kuberitahukan padamu. Setiap menjelang tidur, aku
berusaha membersihkan hatiku. Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan
kubuang semua iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku
sesama muslim. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas.
Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah menjuluki demikian.”
Sahabat, difitnah
atau dilukai orang lain memang menyakitkan. Untuk memaafkan mungkin butuh
perjuangan. Namun, Allah telah menyiapkan ganjaran yang sangat besar untuk rasa
sakit dan perjuangan itu, yakni surga-Nya. Semoga kita termasuk orang yang
mudah memaafkan. Amin.
Masya Allah..Mbak.. Terima kasih sudah diingatkan lewat kisah ini. Semoga kita termasuk orang yang mudah memaafkan.. Aamiin
BalasHapusama-sama, Mba Dian... aamiin :)
BalasHapusSemoga saya belajar dari kisah ini, menjadi orang yang ikhlas dan mudah memaafkan. Aamiin... Makasih yaa mbak, sudah diingatkan
BalasHapus