Sebagian orang tua merasa kesal dan bingung ketika buah hatinya
menjadi sangat rewel atau pemarah. Padahal, boleh jadi yang diinginkan si Kecil
hanya pelukan, ciuman, dan ungkapan sayang orang tuanya.
***
Aku perhatikan Sisi (bukan nama sebenarnya) selalu terlambat datang
ke sekolah dan hampir selalu dengan wajah murung. Ini aneh, karena biasanya
anak-anak usia TK selalu riang gembira. Saat bermain bersama teman-temannya,
Sisi juga mudah tersinggung dan marah. Jika anak lain mudah memaafkan,
berbaikan lagi, dan melanjutkan permainan mereka, maka tidak demikian dengan
Sisi. Ia bisa marah seharian dan semua temannya yang tidak bersalah juga ikut
kena marahnya. Aku pikir ini tidak baik untuk perkembangannya.
Sebenarnya, Sisi anak yang cerdas. Buktinya ia mudah menangkap
pelajarannya. Ia juga pintar bicara. Jika sedang gembira, ia bisa bicara terus
menerus. Hal lain yang kuperhatikan, ia selalu berusaha mencari perhatian
guru-guru.
Sebagai guru BK, saat itu aku merasa harus melakukan konseling
dengan orang tuanya. Maka kuhubungi ibunya dan meminta bertemu di sekolah pada
hari yang ditentukan.
Bersyukur sekali konseling berjalan lancar karena ibunya bersikap
terbuka. Kami pun berdiskusi secara terbuka untuk menemukan solusi bagi
kebahagiaan putrinya. Dari konseling diketahui bahwa sejak bayi Sisi kurang
kasih sayang. Hal itu disebabkan masalah ekonomi keluarga yang akhirnya melebar
kemana-mana. Ketika kutanyakan apakah Sisi suka dipeluk, dicium dan dipanggil
sayang? Dengan tertawa malu ibunya menjawab ‘tidak pernah’! Aku berkesimpulan,
inilah inti masalahnya. Kami kemudian mendiskusikan pengaruh ungkapan kasih
sayang orang tua bagi perkembangan anak.
Hari itu juga aku membuat program, mengetiknya dan mendiskusikannya
dengan kepala sekolah dan guru-guru. Alhamdulillah, mereka semua mendukung. Aku
membuat tabel sederhana seperti di bawah ini yang ditempel di tiap kelas. Aku
berpikir, bukan tidak mungkin ada anak-anak lain yang juga jarang mendapat
ungkapan kasih sayang dari orang tuanya.
Nama
|
Dipeluk ayah
ibu
|
Dicium ayah
ibu
|
Dipanggil
sayang
|
Jumlah
|
Setiap pagi guru-guru bertanya kepada semua anak, siapa yang hari
kemarin dipeluk ayah ibu? Siapa yang hari kemarin dicium ayah ibu? Siapa yang
hari kemarin dipanggil sayang ayah ibu? Dan seperti yang aku kira, tidak semua
anak mengacungkan tangan. Artinya tidak semua anak selalu dipeluk, dicium dan
dipanggil sayang oleh orang tua mereka.
Rupanya cara ini berdampak baik, anak-anak yang tidak mengacungkan
tangan merasa iri kepada anak yang mengacungkan tangan. Mereka juga ingin
merasakan bahagianya dipeluk, dicium dan dipanggil sayang orang tuanya. Dengan
inisiatif masing-masing, mereka minta pada orang tuanya. “Mamah, teman-teman
aku suka dipeluk, dicium dan dipanggil sayang. Aku juga mau.” Sebagian ibu
melakukannya dengan terharu, sebagian lagi sambil tertawa-tawa karena merasa
kaku. Cerita itu aku dapatkan dari ibu-ibu saat kami berkumpul dalam acara
parenting sekolah.
Syukurlah, perkembangannya seperti yang kami harapkan. Setiap hari
semakin banyak anak-anak yang dipeluk, dicium dan dipanggil sayang orang
tuanya. Kulihat mereka bangga dan bahagia sekali setiap mengacungkan tangan.
Aku yakin, hati mereka lebih bahagia lagi saat mendapatnya, mendapatkan
ungkapan kasih sayang orang tuanya.
Bagaimana dengan Sisi? Ibunya bercerita, ketika pertama kali Sisi
minta dipeluk, dicium dan dipanggil sayang ia bingung sekali, bagaimana cara
melakukannya? Akhirnya Sisi yang memeluk ibunya. Dan ibunya hanya diam dengan
kaku, tak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi hatinya merasa hangat dan ia
melihat Sisi tertawa senang.
Hari demi hari berlalu, ibu Sisi masih belajar untuk mengungkapkan
kasih sayang pada putrinya. Ayahnya juga mengikuti. Tidak apa, lama kelamaan
juga akan terbiasa. Subhanalloh, aku melihat perubahan menggembirakan pada
Sisi. Sekarang ia tampak lebih bahagia. Ia berbinar-binar jika menceritakan
bagaimana ia dipeluk, dicium dan dipanggil sayang orang tuanya. Tidak ada lagi
Sisi yang cemberut seharian, tidak ada lagi Sisi yang marah-marah terus sama
semua teman. Semoga keadaan baik ini terus berlangsung.
Tugas guru di sekolah sebenarnya hanya membantu. Yang sebenarnya
paling banyak berperan dalam perkembangan anak adalah orang tua di rumah. Jika dikalkulasikan, waktu yang dibutuhkan
untuk memeluk, mencium, dan mengatakan sayang mungkin hanya dua menit saja. Masih
lebih sedikit dari waktu yang dibutuhkan untuk menjawab sms, kan? Tapi, dampak dua
menit itu sungguh luar biasa. Jika orang tua rutin menginvestasikan waktunya
dua menit setiap hati untuk menggungkapkan sayang, maka pengaruhnya bisa hingga
puluhan tahun kedepan! Tentu saja itu minimal sekali, untuk satu kali pelukan,
satu kali ciuman, dan satu kali panggilan sayang. Sebenarnya, yang dibutuhkan
seorang anak untuk tumbuh bahagia perlu lebih dari sekali ungkapan sayang dalam
sehari.
Ternyata, menurut penelitian pelukan itu memiliki beberapa keajaiban.
Beberapa
penelitian klinis dan psikologis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pelukan
antara orang tua dan anak dapat
meningkatkan kecerdasan otak anak, merangsang produksi hormon oksitosin yang
memberikan perasaan tenang dan bahagia, serta membantu mengeluarkan racun dan
zat berbahaya dari otak. Dan, manfaat pelukan ini tidak mengenal usia, lho,
karena dapat dirasakan sejak seseorang dilahirkan hingga beranjak dewasa.
(www.parenting.co.id)
Jika masih belum merasa tersentuh, ada baiknya orang tua mengingat
hadits Nabi Saw. Sungguh orang yang
tidak mau menyayangi (sesamanya), maka dia tidak akan disayang (oleh Allah
Swt).” (HR. Bukhari). Secara khusus dapat dimaknai, jika orang tua tidak dapat
menyayangi anaknya, maka jangan harap Allah dan malaikat akan menyayanginya. Walohu
alam bishowab.
Waah.. Terima kasih sudah mengingatkan, manfaat memeluk buah hati juga bisa meningkatkan bounding dengan anak yaa Mbak Dedeh
BalasHapusIya, betul sekali, mba Dira... Banyak banget manfaatnya kalo mau diteliti lebih dalam yaa...
HapusKasih sayang dan cinta yang tulus memang resep utama membentuk pribadi yang mulia ya Mba. Makasih sudah menjadi reminder lewat tulisan ini, sukses selalu!
BalasHapusBetul, mba Bety... Sama2... Aamiin... Semoga mba juga maki. Sukses :)
HapusThe Power of Pelukan, terima kasih ya bu, mengingatkan saya juga untuk tetap meluangkan waktunya memeluk anak-anak
BalasHapusSama2, mba Lisa. Saling mengingatkan dalam kebaikan :)
HapusJangankan anak kecil, kita saja kalau dipeluk sama ayangbeb, rasanya gimanaaa gitu. Apalagi kalau anak-anak ya.
BalasHapusYuk berpelukan.
tugas guru hanya membantu, setujuuu. Bagaimanapun orangtua yang harus lebih banyak berperan dalam mengikuti perkembangan anak.
hihi betul banget, Bu. Kita aja orang dewasa suka dipeluk ya.
HapusHayuu...
Betul, orang tua tetap yang punya peran utama..
Anak saya akhir2 ini juga rewel bangett Mbak. Nggak tahu kenapa frekuensi tantrumnya juga meningkat. Sepertinya krn jarang ketemu bapaknya juga, jadi caper gitu.
BalasHapusbisa jadi, anak-anak kan belum bisa mengungkapkan perasaan seperti orang dewasa, jadi larinya ke tantrum. Semoga segera ada solusinya ya, Mba...
HapusKetika saya ngajar di SD, saya jadi tahu kalau banyak anak-anak butuh kasih sayang bukan hanya uang. Mereka akhirnya jadi caper di sekolah.
BalasHapusguru jadi tempat caper ya, Mba. Saya pernah tugas tiga tahun di sekolah, kadang merasa begitu juga...
HapusMemeluk anak bukan cuma buat anak ya sebenernya, ada rasa tenang dan damai juga buat orangtua. Jadi emang tiap hari usahain meluk anak yaa ( walau anaknya udah kaya ogah, maklum lagi aktif - aktif nya )
BalasHapus