Minggu, 14 Januari 2018

Ayah, Bunda, Aku Ingin Dipeluk!


 
Sebagian orang tua merasa kesal dan bingung ketika buah hatinya menjadi sangat rewel atau pemarah. Padahal, boleh jadi yang diinginkan si Kecil hanya pelukan, ciuman, dan ungkapan sayang orang tuanya.
***
Aku perhatikan Sisi (bukan nama sebenarnya) selalu terlambat datang ke sekolah dan hampir selalu dengan wajah murung. Ini aneh, karena biasanya anak-anak usia TK selalu riang gembira. Saat bermain bersama teman-temannya, Sisi juga mudah tersinggung dan marah. Jika anak lain mudah memaafkan, berbaikan lagi, dan melanjutkan permainan mereka, maka tidak demikian dengan Sisi. Ia bisa marah seharian dan semua temannya yang tidak bersalah juga ikut kena marahnya. Aku pikir ini tidak baik untuk perkembangannya.

Sebenarnya, Sisi anak yang cerdas. Buktinya ia mudah menangkap pelajarannya. Ia juga pintar bicara. Jika sedang gembira, ia bisa bicara terus menerus. Hal lain yang kuperhatikan, ia selalu berusaha mencari perhatian guru-guru.   

Sebagai guru BK, saat itu aku merasa harus melakukan konseling dengan orang tuanya. Maka kuhubungi ibunya dan meminta bertemu di sekolah pada hari yang ditentukan.

Bersyukur sekali konseling berjalan lancar karena ibunya bersikap terbuka. Kami pun berdiskusi secara terbuka untuk menemukan solusi bagi kebahagiaan putrinya. Dari konseling diketahui bahwa sejak bayi Sisi kurang kasih sayang. Hal itu disebabkan masalah ekonomi keluarga yang akhirnya melebar kemana-mana. Ketika kutanyakan apakah Sisi suka dipeluk, dicium dan dipanggil sayang? Dengan tertawa malu ibunya menjawab ‘tidak pernah’! Aku berkesimpulan, inilah inti masalahnya. Kami kemudian mendiskusikan pengaruh ungkapan kasih sayang orang tua bagi perkembangan anak.  

Hari itu juga aku membuat program, mengetiknya dan mendiskusikannya dengan kepala sekolah dan guru-guru. Alhamdulillah, mereka semua mendukung. Aku membuat tabel sederhana seperti di bawah ini yang ditempel di tiap kelas. Aku berpikir, bukan tidak mungkin ada anak-anak lain yang juga jarang mendapat ungkapan kasih sayang dari orang tuanya.
Nama
Dipeluk ayah ibu
Dicium ayah ibu
Dipanggil sayang
Jumlah
















Setiap pagi guru-guru bertanya kepada semua anak, siapa yang hari kemarin dipeluk ayah ibu? Siapa yang hari kemarin dicium ayah ibu? Siapa yang hari kemarin dipanggil sayang ayah ibu? Dan seperti yang aku kira, tidak semua anak mengacungkan tangan. Artinya tidak semua anak selalu dipeluk, dicium dan dipanggil sayang oleh orang tua mereka.

Rupanya cara ini berdampak baik, anak-anak yang tidak mengacungkan tangan merasa iri kepada anak yang mengacungkan tangan. Mereka juga ingin merasakan bahagianya dipeluk, dicium dan dipanggil sayang orang tuanya. Dengan inisiatif masing-masing, mereka minta pada orang tuanya. “Mamah, teman-teman aku suka dipeluk, dicium dan dipanggil sayang. Aku juga mau.” Sebagian ibu melakukannya dengan terharu, sebagian lagi sambil tertawa-tawa karena merasa kaku. Cerita itu aku dapatkan dari ibu-ibu saat kami berkumpul dalam acara parenting sekolah.

Syukurlah, perkembangannya seperti yang kami harapkan. Setiap hari semakin banyak anak-anak yang dipeluk, dicium dan dipanggil sayang orang tuanya. Kulihat mereka bangga dan bahagia sekali setiap mengacungkan tangan. Aku yakin, hati mereka lebih bahagia lagi saat mendapatnya, mendapatkan ungkapan kasih sayang orang tuanya.

Bagaimana dengan Sisi? Ibunya bercerita, ketika pertama kali Sisi minta dipeluk, dicium dan dipanggil sayang ia bingung sekali, bagaimana cara melakukannya? Akhirnya Sisi yang memeluk ibunya. Dan ibunya hanya diam dengan kaku, tak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi hatinya merasa hangat dan ia melihat Sisi tertawa senang.

Hari demi hari berlalu, ibu Sisi masih belajar untuk mengungkapkan kasih sayang pada putrinya. Ayahnya juga mengikuti. Tidak apa, lama kelamaan juga akan terbiasa. Subhanalloh, aku melihat perubahan menggembirakan pada Sisi. Sekarang ia tampak lebih bahagia. Ia berbinar-binar jika menceritakan bagaimana ia dipeluk, dicium dan dipanggil sayang orang tuanya. Tidak ada lagi Sisi yang cemberut seharian, tidak ada lagi Sisi yang marah-marah terus sama semua teman. Semoga keadaan baik ini terus berlangsung.

Tugas guru di sekolah sebenarnya hanya membantu. Yang sebenarnya paling banyak berperan dalam perkembangan anak adalah orang tua di rumah.  Jika dikalkulasikan, waktu yang dibutuhkan untuk memeluk, mencium, dan mengatakan sayang mungkin hanya dua menit saja. Masih lebih sedikit dari waktu yang dibutuhkan untuk menjawab sms, kan? Tapi, dampak dua menit itu sungguh luar biasa. Jika orang tua rutin menginvestasikan waktunya dua menit setiap hati untuk menggungkapkan sayang, maka pengaruhnya bisa hingga puluhan tahun kedepan! Tentu saja itu minimal sekali, untuk satu kali pelukan, satu kali ciuman, dan satu kali panggilan sayang. Sebenarnya, yang dibutuhkan seorang anak untuk tumbuh bahagia perlu lebih dari sekali ungkapan sayang dalam sehari.

Ternyata, menurut penelitian pelukan itu memiliki beberapa keajaiban.  
Beberapa penelitian klinis dan psikologis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pelukan antara orang tua dan anak dapat meningkatkan kecerdasan otak anak, merangsang produksi hormon oksitosin yang memberikan perasaan tenang dan bahagia, serta membantu mengeluarkan racun dan zat berbahaya dari otak. Dan, manfaat pelukan ini tidak mengenal usia, lho, karena dapat dirasakan sejak seseorang dilahirkan hingga beranjak dewasa. (www.parenting.co.id) 

Jika masih belum merasa tersentuh, ada baiknya orang tua mengingat hadits Nabi Saw.  Sungguh orang yang tidak mau menyayangi (sesamanya), maka dia tidak akan disayang (oleh Allah Swt).” (HR. Bukhari). Secara khusus dapat dimaknai, jika orang tua tidak dapat menyayangi anaknya, maka jangan harap Allah dan malaikat akan menyayanginya. Walohu alam bishowab.  

  



13 komentar:

  1. Waah.. Terima kasih sudah mengingatkan, manfaat memeluk buah hati juga bisa meningkatkan bounding dengan anak yaa Mbak Dedeh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, betul sekali, mba Dira... Banyak banget manfaatnya kalo mau diteliti lebih dalam yaa...

      Hapus
  2. Kasih sayang dan cinta yang tulus memang resep utama membentuk pribadi yang mulia ya Mba. Makasih sudah menjadi reminder lewat tulisan ini, sukses selalu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, mba Bety... Sama2... Aamiin... Semoga mba juga maki. Sukses :)

      Hapus
  3. The Power of Pelukan, terima kasih ya bu, mengingatkan saya juga untuk tetap meluangkan waktunya memeluk anak-anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2, mba Lisa. Saling mengingatkan dalam kebaikan :)

      Hapus
  4. Jangankan anak kecil, kita saja kalau dipeluk sama ayangbeb, rasanya gimanaaa gitu. Apalagi kalau anak-anak ya.
    Yuk berpelukan.
    tugas guru hanya membantu, setujuuu. Bagaimanapun orangtua yang harus lebih banyak berperan dalam mengikuti perkembangan anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi betul banget, Bu. Kita aja orang dewasa suka dipeluk ya.
      Hayuu...
      Betul, orang tua tetap yang punya peran utama..

      Hapus
  5. Anak saya akhir2 ini juga rewel bangett Mbak. Nggak tahu kenapa frekuensi tantrumnya juga meningkat. Sepertinya krn jarang ketemu bapaknya juga, jadi caper gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa jadi, anak-anak kan belum bisa mengungkapkan perasaan seperti orang dewasa, jadi larinya ke tantrum. Semoga segera ada solusinya ya, Mba...

      Hapus
  6. Ketika saya ngajar di SD, saya jadi tahu kalau banyak anak-anak butuh kasih sayang bukan hanya uang. Mereka akhirnya jadi caper di sekolah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. guru jadi tempat caper ya, Mba. Saya pernah tugas tiga tahun di sekolah, kadang merasa begitu juga...

      Hapus
  7. Memeluk anak bukan cuma buat anak ya sebenernya, ada rasa tenang dan damai juga buat orangtua. Jadi emang tiap hari usahain meluk anak yaa ( walau anaknya udah kaya ogah, maklum lagi aktif - aktif nya )

    BalasHapus

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar, mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih :)

Me Time dengan Bonus Glazed Skin

  Pernah tidak Emak merasa sangat lelah lahir batin? Melihat segala pekerjaan rumah seperti Melihat gunungan beban. Lalu melihat anak-an...