"Teh, kerudungnya bagus. Beli
di mana?"
"Ini bikinan sendiri. Saya juga nerima pesanan."
"Oh begitu? Mau ya saya pesan."
"Ini bikinan sendiri. Saya juga nerima pesanan."
"Oh begitu? Mau ya saya pesan."
Percakapan seperti di atas sering
kali terjadi. Baik itu saat Lilis mengajar atau di tempat lain. Biasanya akan
berakhir dengan order. Setelah itu, dilanjut dengan repeat order. Lalu Si
Pemesan memberitahukan produknya pada teman-temannya, dan mereka pun memesan
lalu menjadi pelanggan setia. Seperti itulah Lilis menjalankan usahanya selama
ini. Hampir tanpa promosi, tapi pesanan mengalir terus.
Lilis Nuraini memulai bakal bisnis
kerudungnya saat lulus SMU sekitar tahun 2004. Saat itu kakaknya yang kuliah di
Bandung membawa kerudung untuk dipasarkan di daerah tempat tinggal mereka,
Ciamis. Sang kakak melihat Lilis suka nimbrung ngoprek mesin jahit bibi mereka
yang penjahit. Akhirnya menyarankan Lilis untuk membuat sendiri kerudung untuk
dijual.
Lilis pun menjawab saran kakaknya
dengan mulai menjahit kerudung dari bahan kaos dan babat. Ternyata tantangan
membuat kerudung untuk pemula itu saat membuat pet alias topinya. Lilis sampai
mandi keringat saat pertama bikin. Tapi ia tak menyerah hingga pet berhasil
ditaklukkan. Lilis menggunakan nama Aini sebagai merk, diambil dari nama
belakangnya, Nuraini.
Kegigihannya berbuah manis. Ia mulai
memiliki pelanggan tetap yang mengetahui produknya dari mulut ke mulut. Dari
tetangga, teman, serta ibu-ibu pengajian. Pelanggannya semakin banyak saat ia
kuliah di PGTK sambil mengajar di TK.
Bisnisnya pernah vakum beberapa
tahun saat ia menikah dan pindah ke Bandung. Bukan karena sang suami melarang,
tapi karena mesin jahit di tinggal di Ciamis dan belum ada gambaran untuk
pemasaran.
Sekitar tahun 2008 Lilis merasa jenuh setiap hari
hanya di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ia ingin melakukan sesuatu
yang bermanfaat dan menghasilkan. Pilihannya adalah kembali meneruskan usaha kerudungnya,
yang kali ini ia beri merk Intisyar. Di kemudian hari merk-nya diganti menjadi
Elhisan karena ternyata nama Intisyar sudah ada yang memakai. Elhisan memiliki
arti bidadari. Lilis berharap, wanita yang memakai kerudung Elhisan akan
menjadi secantik bidadari.
Selain itu ia pun melamar untuk
menjadi tenaga pengajar di sebuah lembaga Al Quran terkenal di Bandung. Tak ada
ilmu yang sia-sia, itulah yang Lilis rasakan. Ilmu tahsin yang ia pelajari saat
nyantri dulu membuatnya mudah diterima sebagai pengajar di lembaga tersebut.
Maka sejak saat itu Lilis menggunakan suara merdunya untuk mengajar tahsin
beragam usia.
Karirnya sebagai pengajar tahsin
cepat sekali melesat. Selain mengajar beberapa kelas di lembaga tersebut, Lilis
pun memiliki kelas-kelas serta mengajar privat di berbagai tempat. Ia pun
pernah terlibat dalam karantina tahfidz 30 juz. Rupanya suara merdu serta penguasaan
ilmu agama yang lumayan banyak, menjadi nilai nambahnya saat mengajar tahsin.
Setelah menjadi guru di lembga Al
Quran, ternyata kerudung bikinan Lilis pun semakin laris. Berawal dari
kebutuhan pada kerudung formal untuk mengajar, Lilis membuat untuk dipakainya
sendiri. Ia membuat kerudung segiempat yang dipermanis dengan border. Tak
disangka, ternyata rekan-rekannya banyak yang tertarik dan memesan. Setelah
itu, tanpa harus promosi, Lilis dikenal sebagai pembuat kerudung di kalangan
rekan-rekannya.
Lilis berpikir bahwa tidak semua
orang mau menggunakan kerudung segiempat. Kebanyakan justru ingin yang simpel.
Maka ia pun membuat kerudung dengan model-model lain. Menariknya, saat Lilis
mengajar sering kali pesertanya tertarik pada kerudung yang dipakainya dan
bertanya. Yang berakhir dengan orderan dan repeat order. Biasanya, para peserta
kelasnya akan menginformasikan dengan suka rela kepada teman-temannya. Sehingga
pesanan pun mengalir terus dari mereka. Tentu saja, kepuasan pada kualitaslah
yang membuat mereka mau merekomendasikan produknya.
Cara pemasaran Elhisan masih dari
mulut ke mulut. Lilis belum merasa perlu untuk memasarkan produknya dengan
lebih gencar. Alasannya khawatir tidak terpenuhi. Maklumlah, ia mengerjakannya
sendiri. Ia belum mau mencari karyawan dengan alasan khawatir kualitas
jahitannya akan berbeda.
Sudah dua tahun ini setiap semester
Lilis menerima pesanan dari sebuah pesantren di Jawa Barat. Awalnya mereka
memesan kerudung untuk seragam santri sebanyak 250 lembar. Lalu pesanan
meningkat jadi 500 lembar. Lilis mengerjakan semuanya di sela-sela jadwal
mengajarnya, hanya dibantu suami dan adik iparnya.
Selain pesanan dari pesantren yang
rutin, ia juga kerap menerima pesanan seragam untuk pernikahan atau pengajian.
Lilis selalu menjaga kualitas
jahitan Elhisan. Maka tidak aneh jika pelanggannya semakin banyak meski tak
pernah dipromosikan. Selain kualitas jahitan yang bagus, pelanggan juga bisa request
model, bahan, serta ukuran dengan harga yang tidak jauh berbeda dari yang biasa.
Ini salah satu kelebihan Elhisani yang tidak dimiliki brand lain. Jika Teman-teman
ingin mencoba kerudung Elhisan, bisa kontak Lilis atau datang ke alamatnya di
Jl. Jatihandap Bandung.
Saat ini Lilis mulai berpikir untuk lebih
serius menjalankana bisnisnya. Tujuannya agar hasil bisnis ini bisa memberikan
manfaat bagi para tetangga dan kerabatnya. Ia akan mulai dengan membuat stok kerudung
yang agak banyak. Untuk itu tentu saja ia memerlukan karyawan serta marketer. Kita
doakan semoga cita-cita baik Lilis sang guru ngaji dengan bisnisnya bisa tercapai. Aamiin…
Satu lagi tulisan yang menunujkkan ketangguhan seorang wanita. Very inspiring.
BalasHapusNama brandnya bagus ya, mbak?
Iya bagus banget, Sang Bidadari :)
HapusIbu yang hebat...dunia dan akhirat
BalasHapusaamiin...
Hapussemoga makin sukses bisnisnya bu guru..
BalasHapusaamiin...
HapusTak ada ilmu yang sia-sia memang ya, selama kita mau memanfaatkannya. Hebat, wanita yang menginapirasi. Semoga sehat dan sukses untuk mba Lilis sekeluarga
BalasHapusbetul sekai, Mba...aamiin...
HapusHebat bu guru. Semoga tambah sukses
BalasHapusbetul, aamiin... Terima kasih, Mba Lies :)
HapusMeskipun saya bukan muslim, tp kalau melihat yg berkerudung, saya melihat saja sudah senang. Apalagi jika cocok dengan bentuk wajahnya, ketika melihat itu rasanya kagum dan bangga begitu. Smg sukses dg bisnisnya mbk.
BalasHapusTerima kasih, Mbak Seva :
HapusMeskipun saya bukan muslim, tp kalau melihat yg berkerudung, saya melihat saja sudah senang. Apalagi jika cocok dengan bentuk wajahnya, ketika melihat itu rasanya kagum dan bangga begitu. Smg sukses dg bisnisnya mbk.
BalasHapusMasya Allah! Sangat menginspirasi. Begitulah jika orang seimbang antara urusan dunia dan akhirat. pasti lebih berkah
BalasHapusbetul sekali, Mba... :)
HapusMasya Allah.. Kereennn.. Menginspirasi
BalasHapussepakat :)
HapusSosok yang menginspirasi
BalasHapussetuju :)
HapusJadi guru sekaligus pebisnis adalah sesuatu yang keren. Jadi semangat juga nih.
BalasHapusalhamdulillah kalau membuat tambah semangat :)
HapusKuat biasa jahit annual sepertinya rapi ya
BalasHapusRejeki memang datang dari pintu mana saja
Iya, Mba Madu rapi sekali. Saya juga suka pakai produknya soalnya :)
HapusBarakallah semoga selalu sukses. Menginspirasi
BalasHapusBarakallah semoga selalu sukses. Menginspirasi
BalasHapusaamiin...waiyyaki... :)
HapusMasyaAllah Tabarakallah
BalasHapusaamiin..waiyyaki..:)
HapusSangat menginspirasi. Sukses selalu
BalasHapusaamiin...waiyyaki :)
HapusMasyaAllah.. Dunia akhirat didapat.. Barakallahu fiik.. 😍😍
BalasHapusYa Allah ... saya salut
BalasHapussama, Mba... saya juga salut :)
HapusSalut deh sama emak yg bisa punya brand sendiri.
BalasHapusbetul sekali :)
HapusDari dulu pengen punya brand sendiri nkayak gini. Realisasinya entahlah, heheheh
BalasHapussemangat, Mba Damar...insya Allah bisa :)
HapusThe power of mouth to mouth ya. Kereeen...
BalasHapusbetul sekali, kepuasan yang membuat mereka suka rela berbagi info :)
HapusAamin, smoga sukses untuk ustazah
BalasHapusAamiin...
Hapus