Selasa, 15 Agustus 2017

RAJA YANG MEMBANTU MELAHIRKAN


Seperti malam-malam sebelumnya, saat semua orang terlelap dibalik selimut tebal mereka, khalifah Umar bin Khattab berkeliling mengitari rumah penduduk. Badannya yang gagah tinggi besar dipadukan dengan hati yang sangat mencntai rakyatnya membuat Umar ringan dan mantap melangkahkan kaki.
            Malam itu dari ia melihat nyala api kecil dan rintihan seorang wanita yag sangat lirih. Rupanya nyala api dan rintihan itu dating dari sebuah tenda sederhana. Di depan tenda itu Umar menemukan seorang laki-laki yang tengah mondar-mandir dengan wajah kebingungan. Umar pun bertanya apa gerangan yang terjadi? Rupanya rintihan di dalam tenda itu keluar dari mulut istri sang lelali yang tengah kesakitan karena akan melahirkan. Sebagai pendatang dan miskin pula ia tidak tahu harus berbuat apa saat istrinya mau melahirkan di malam hari itu. Sang khalifah segera tanggap apa yang harus dilakukannya 1untuk menolong suami istri tersebut. Ia segera pulang menemui istrinya, Ummu Kultsum. “Wahai istriku, ada seorang istri yang butuh bantuan untuk melahirkan, apakah engkau akan mengambil lading pahala ini?” tanyanya. Sebagai istri solehah tentu saja Ummu Kultsum menyambut gembira tawaran itu meski harus menembus dinginnya malam. Umar segera menyiapkan bahan-bahan makanan sementara sang istri menyiapkan keperluan persalinan.
            Tanpa canggung di tenda lelaki pendatang itu khalifah segera menyalakan api dan mulai memasak sementara sang istri membantu persalinan. Terharu tiada terkira hati sang lelaki miskin, mendapati orang-orang yang rela menolong tanpa pamrih di tengah dinginnya malam pada orang yang tidak dikenal pula. Ia berkata pada Umar, “Engkau sungguh lebih pantas menjadi khalifah karena kebaikanmu.”
            Tiba-tiba dari dalam tenda terdegar tangisan bayi disusul dngan suara Ummu Kultsum, “Wahai Amirul mukminin, beritahukan temanmu bahwa bayinya telah lahir dengan selamat.”
            Terkejut luar biasa sang lelaki saat mengetahui bahwa ternyata yang dihadapannya itu adalah khalifah Umar bin Khattab sendiri. Ia segera meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Umar menenangkan lelaki itu dan mengatakan bahwa esok hari sang lelaki diminta mendatangi baitul maal untuk mendapatkan bantuan negara.

***Allah swt berfirman, “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah.” (QS. Al Anbiya: 73)

                        ***Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat). (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar, mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih :)

Me Time dengan Bonus Glazed Skin

  Pernah tidak Emak merasa sangat lelah lahir batin? Melihat segala pekerjaan rumah seperti Melihat gunungan beban. Lalu melihat anak-an...