Sebelum
sekolah Maya diberi uang untuk membayar ojeg saat pulang sekolah karena ibunya
tak bisa menjemput. Di sekolah, Maya yang senang membawa uang cukup banyak
untuk ukurannya, memamerkannya kepada teman-temannya. Kemudian dua orang
temannya meminjam uangnya dengan setengah memaksa. Akhirnya Maya pulang dengan
ojek dibayar di rumah. Maka karena ketidak amanahannya itu sang ibu memberinya
sanksi berupa pemotongan uang jajan dan ia harus mau mengambil kembali uang
amanah ibunya itu dari teman-teman yang meminjamnya meski ia merasa malu. Sang
ibu berpendapat, Maya harus dididik mengenai keharusan menjaga amanah, dan ia
dapat belajar dari peristiwa tersebut.
***
Pernahkah Bunda menemukan kasus serupa terjadi pada ananda? Menjaga amanah merupakan hal yang penting untuk dipelajari oleh ananda sejak dini. Bunda juga bisa memanfaatkan kisah untuk mengajarkan kepada annada.
***
Tersebutlah kisah seorang hakim
yang bijaksana dan kaya raya bernama Nuh bin Maryam. Diantara kekayaannya ia
memiliki putri shalehah juga kebun kurma dan anggur. Kebun anggur dan kurma itu
dijaga oleh seorang pemuda bernama Mubarok. Tugas Mubarok adalah menjaga dan
mengelola kebun-kebun itu sebaik-baiknya dan memang selama ini ia melkukan
tugasnya dengan sangat baik.
Suatu
hari Nuh bin Maryam meminta Mubarok memetik anggur yang matang untuknya.
Mubarok pun memetiknya. Namun saat dimakan, anggur itu rasanya masam, “Ini
rasanya masam sekali, ambilkan anggur yang manis, Mubarok.”
Mubarok
pun mengambil lagi anggur, namun kali ini pun rasanya masam pula. Demikian
berulang-ulang hingga Nuh bin Maryam menjadi kesal, ia berkata, “Aduh Mubarok,
begini banyak anggur di kebunku, mengapa kau pilihkan yang masam terus? Mengapa
kau tidak mengambilkanku yang manis?”
Mubarok
menjawab dengan polos, “Maaf tuan, tapi saya tak dapat membedakan mana buah
yang manis dan yang masam.”
Tentu
saja Nuh keheranan, bagaiman mugkin tukang kebunnya selama bertahun-tahun ini
tak dapat membedakan mana buah yang manis dan masam. Ia pun bertanya dan
keheranan berubah menjadi takjub mendengar jawabab Mubarok, “Tuan, saya tidak
pernah mencicipi buah-buah di kebun satu pun, karena tuan hanya menugaskan saya
untuk mengelolanya bukan memakannya. Maka saya lakuan tugas saya sebaik-baiknya
tanpa pernah terpikir untuk mngkhianati amanah tuan.”
Tertegun
hakim yang bijak itu mendengar pengakuan tukang kebunnya. Kejujurannya demikian
mempesona hatinya. Sifat amanah dan ketakwaannya menarik hatinya untuk
menjadikan pemuda ini sebagai menantunya. Baginya ketakwaan dan sifat-sifat
baik pemuda ini lebih mempesonanya daripada kekayaan dan kebangsawanan para
pelamar putrinya yang lain.
Nuh
segera bermusyawarah dengan istri dan putrinya dan menceritakan sifat Mubarok.
Istri dan putrinya setuju untuk menjadikan Mubarok menantu di rumah itu. Dan
Mubarok tentu saja senang.
Berkat
sifat amanahnya kini Mubarok mendapat banyak kenikmatan dunia, istri cantik nan
salehah, harta yang baik dan banyak, mertua yang menyayangi dan kemudian
seorang anak cerdas dan soleh yang dikemudian hari menjadi ulama terkenal
bernama Ibnu Mubarok.
***“Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara
shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi” (QS. Al-Mukminun:
8-10)
***“Tidak ada iman bagi orang yang
tidak amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji.” (HR.
Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar, mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih :)