Jumat, 25 Agustus 2017

MENJAGA AMANAH


Sebelum sekolah Maya diberi uang untuk membayar ojeg saat pulang sekolah karena ibunya tak bisa menjemput. Di sekolah, Maya yang senang membawa uang cukup banyak untuk ukurannya, memamerkannya kepada teman-temannya. Kemudian dua orang temannya meminjam uangnya dengan setengah memaksa. Akhirnya Maya pulang dengan ojek dibayar di rumah. Maka karena ketidak amanahannya itu sang ibu memberinya sanksi berupa pemotongan uang jajan dan ia harus mau mengambil kembali uang amanah ibunya itu dari teman-teman yang meminjamnya meski ia merasa malu. Sang ibu berpendapat, Maya harus dididik mengenai keharusan menjaga amanah, dan ia dapat belajar dari peristiwa tersebut.

***

Pernahkah Bunda menemukan kasus serupa terjadi pada ananda? Menjaga amanah merupakan hal yang penting untuk dipelajari oleh ananda sejak dini. Bunda juga bisa memanfaatkan kisah untuk mengajarkan kepada annada.

***

Tersebutlah kisah seorang hakim yang bijaksana dan kaya raya bernama Nuh bin Maryam. Diantara kekayaannya ia memiliki putri shalehah juga kebun kurma dan anggur. Kebun anggur dan kurma itu dijaga oleh seorang pemuda bernama Mubarok. Tugas Mubarok adalah menjaga dan mengelola kebun-kebun itu sebaik-baiknya dan memang selama ini ia melkukan tugasnya dengan sangat baik.
            Suatu hari Nuh bin Maryam meminta Mubarok memetik anggur yang matang untuknya. Mubarok pun memetiknya. Namun saat dimakan, anggur itu rasanya masam, “Ini rasanya masam sekali, ambilkan anggur yang manis, Mubarok.”
            Mubarok pun mengambil lagi anggur, namun kali ini pun rasanya masam pula. Demikian berulang-ulang hingga Nuh bin Maryam menjadi kesal, ia berkata, “Aduh Mubarok, begini banyak anggur di kebunku, mengapa kau pilihkan yang masam terus? Mengapa kau tidak mengambilkanku yang manis?”
            Mubarok menjawab dengan polos, “Maaf tuan, tapi saya tak dapat membedakan mana buah yang manis dan yang masam.”
            Tentu saja Nuh keheranan, bagaiman mugkin tukang kebunnya selama bertahun-tahun ini tak dapat membedakan mana buah yang manis dan masam. Ia pun bertanya dan keheranan berubah menjadi takjub mendengar jawabab Mubarok, “Tuan, saya tidak pernah mencicipi buah-buah di kebun satu pun, karena tuan hanya menugaskan saya untuk mengelolanya bukan memakannya. Maka saya lakuan tugas saya sebaik-baiknya tanpa pernah terpikir untuk mngkhianati amanah tuan.”
            Tertegun hakim yang bijak itu mendengar pengakuan tukang kebunnya. Kejujurannya demikian mempesona hatinya. Sifat amanah dan ketakwaannya menarik hatinya untuk menjadikan pemuda ini sebagai menantunya. Baginya ketakwaan dan sifat-sifat baik pemuda ini lebih mempesonanya daripada kekayaan dan kebangsawanan para pelamar putrinya yang lain.
            Nuh segera bermusyawarah dengan istri dan putrinya dan menceritakan sifat Mubarok. Istri dan putrinya setuju untuk menjadikan Mubarok menantu di rumah itu. Dan Mubarok tentu saja senang.
            Berkat sifat amanahnya kini Mubarok mendapat banyak kenikmatan dunia, istri cantik nan salehah, harta yang baik dan banyak, mertua yang menyayangi dan kemudian seorang anak cerdas dan soleh yang dikemudian hari menjadi ulama terkenal bernama Ibnu Mubarok.
            ***“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi” (QS. Al-Mukminun: 8-10)
            ***“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji.” (HR. Ahmad) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir dan berkomentar, mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih :)

Me Time dengan Bonus Glazed Skin

  Pernah tidak Emak merasa sangat lelah lahir batin? Melihat segala pekerjaan rumah seperti Melihat gunungan beban. Lalu melihat anak-an...