Saat selesai shalat dluha
anak-anak diminta untuk berdoa kebaikan dunia akhirat dan doa kepada orang tua.
Bu guru bertanya, “Siapa yang suka mendoakan orang tua?” ternyata sedikit
sekali anak yang suka mendoakan orang tua. Bu guru mengatakan bahwa mendoakan
orang tua adalah tanda kita menyayangi orang tua dan cara membalas kasih saying
orang tua adalah dengan mendoakannya. Anak-anak kemudian diminta menyebutkan
apa saja bukti kasih saying orang tua kepada kita. Dan mereka menemukan banyak
sekali bukti kasih sayang orang tua.
***
Bunda...apakah ananda rajin mendoakan ayah dan bundanya? apakah Bunda sendiri sering mencontohkan mendoakan orang tua? Ceritakan yuk kisah berikut untuk memupuk kecintaan ananda pada orangtuanya.
***
Tersebutlah
kisah dua orang keluarga hidup bertetangga pada zaman nabi Daud as. Karena
bertetangga dan memiliki anak sebaya maka mereka sering mengasuh bersama-sama
atau berjalan-jalan keluar rumah bersama-sama.
Pada
suatu hari yang tak pernah terlupakan, mereka tengah asyik bermain gembira.
Rupanya anak-anak bermain agak jauh dari pengawasan ibu mereka hingga tanpa
disadari bahaya besar mengintai yakni seekor serigala yang lapar. Setelah
menerkan salah seorang anak, serigala pun dengan cepat meninggalkan tempat itu.
“Oh,
masya Allah! Anakmu diterkam serigala!” teriak ibu yang lebih muda saat ia
mendengar jeritan seorang anak dan melihat seekor serigala berlalu dari sana.
Tentu
saja ibu yang lebih tua menjadi shock, namun ia segera membantah, “tidak, bukan
anakku, anakmulah yang diterkam serigala.”
Tak
ada yang mau mengalah, mereka terus menerus berbantahan dan mengaku bahwa anak
temannyalah yang diterkam serigala. Karena masing-masing bersikeras, maka untuk
mendapatkan keadilan mereka pun menghadap Nabi Daud as. dan mengadukan
persoalan mereka. Di depan Nabi Daud as. keduanya masih bersikukuh mengaku
bahwa yang diterkam serigala adalah anak temannya dengan suara yang sama-sama
meyakinkan dan dengan wajah yang sama-sama penuh air mata juga sama-sama
mengingnkan anak yang tertinggal membuat Nabi Daud as. kebingungan.
Putra
Nabi Daud as. yakni Nabi Sulaiman as. yang saat itu masih muda ingin ikut
berpendapat dan dengan senang hati Nabi Daud yang tahu kecerdasan putranya itu
pun mengizinkan. Dengan serius dan seolah bingung untuk memutuskan perkara,
Nabi Sulaiman mendengarkan cerita mereka. Akhirnya beliau berkata, “karena
kalian berdua bersikeras dan sama-sama menginginkan maka tolong ambil pedang
dan akan aku belah dua anak ini dan akan member kalian masing-masing setengah
bagian.”
Mendengar
keputusan Nabi Sulaiman, ibu yang lebih muda dengan serta merta menjerit,
“jangan lakukan itu wahai Nabi Allah. Biarkan anak ini diambil olehnya. Anak
ini memang anaknya.” Ia pun lalu menangis dengan pilunya.
Sementara
ibu yang lebih tua tidak berkata apa-apa, namun ia terlihat senang saat
mendengar perkataan temannya yang menegaskan bahwa anak yang masih hidup adalah
anaknya.
Nabi
Sulaiman yang mengamati semua kejadian dengan seksama segera meletakkan
pedangnya dan memangku serta menyerahkan anak itu pada ibu yang lebih muda.
Beliau yakin bahwa seorang ibu sejati tidak akan pernah rela membiarkan anaknya
tersakiti walau sedikit. Seorang ibu sejati lebih memilih menderita berjauhan
dengan anaknya demi melindungi sang anak dari marabahaya. Maka pulanglah ibu
yang lebih muda penuh rasa bahagia karena dapat berkumpul kembali dengan buah
hatinya. Sementara ibu yang lebih tua harus menanggung akibat perbuatannya
yakni menipu.
***
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya,
ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, & melahirkannya dengan
susah-payah (pula).” (Al-Ahqaf: 15)
***Hadits
dari Abdullah ibnu Masu’dz ra. Ia
berkata: ِ
Aku bertanya kepada Nabi, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi menjawab, “Berbakti kepada orangtua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Aku bertanya kepada Nabi, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi menjawab, “Berbakti kepada orangtua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar, mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih :)