1.
Ega Gagak tengah terbang di atas sebuah taman. Nampaknya hari itu
ia tengah beruntung karena tiba-tiba melihat sekerat keju tergeletak. Tentu
saja ia terpekik senang.
“Wow keju lezat!”
Tanpa pikir panjang ia segera menyambar keju itu dan terbang ke
atas pohon yang tinggi dengan dahan rindang.
Suatu kebetulan Mumu musang tengah berjalan di taman itu dan
mencium aroma keju yang sedap. Mumu celingak-celinguk sambil mengendus-endus
mencari sumber aroma keju. Beberapa lama kemudian ia mendapati Ega gagak yang
tengah bertengger di sebuah dahan tinggi sambil menggigil sepotong keju. Nafsu
makan Mumu musang pun terbit seketika. Air liurnya nyaris meleleh.
Mumu musang yang cerdik dan licik segera membuat tipu muslihat.
Ia berkata,”Wahai gagak yang tampan, wajahmukah yang kulihat
ataukah rembulan? Sungguh, alangkah indahnya suaramu saat bernyanyi. Aku
terhanyut oleh nyanyianmu yang merdu. Aku harap kebaikan hatimu untuk bernyanyi
agar segala risau dan gundah hilang dariku.”
Ega gagak terlena mendengar rayuan Mumu musang memabukkan. Ia pun membuka
mulutnya untuk bernyanyi.
“Lalala…!” maka kejunya
lepas dari mulutnya dan terjatuh. Dengan sigap Mumu musang menangkapnya dan
segera menyantapnya. Ia berkata dengan sifat aslinya.
“Alangkah nikmatnya keju
ini, tak akan kuberi yang meminta. Hai Gagak bodoh, ambil tuh pujian, aku tidak
suka suaramu, aku hanya mau kejumu.”
Ega gagak hanya bisa tertegun menyadari karena tertipu pemberian
berpamrih.
*** Rasulullah saw. bersabda, “sesungguhnya dunia ini indah dan
mempesonakan, dan sesungguhnya Allah Ta’ala menyerahkannya pada kalian.
Kemudian Allah akan melihat bagaimana kalian berbuat atas dunia ini. Maka
berhati-hatilah dalam urusan dunia dan berhati-hatilah juga terhadap wanita.”
***Jangan pernah silau oleh rayuan dan pujian orang. Lebih berharga
teman yang berkata apa adanya, kadang memuji namun pada kali lain mengkritik
daripada teman yang selalu memuji bahkan berlebihan. Bukan tidak mungkin pujian
itulah justru yang menjerumuskan kita karena kita merasa diri sempurna. Namun
bukan tidak mungkin kita justru maju dengan kritikan karena kita selalu
berusaha memperbaiki diri karenanya. Saat harta dunia melimpahi kita maka
kewaspadaan kita harus semakin ditingkatkan, baik itu dari kejahatan diri
sendiri maupun orang lain. Kejahatan diri sendiri bias berupa kesombongan dan
keangkuhan sehingga kita meremehkan orang lain atau bahkan menolah kebaikan.
Sementara kejahatan orang lain, bias berupa pencurian atau para penjilat di sekeliling
kita, mereka hanya bias memuji dengan harapan pamrih dari kita tanpa sedikitpun
menasihati kita yang akhirnya dapat membawa kehancuran karena kita berfikir
semua baik-baik saja padahal potensi kehancuran sudah di depan mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar, mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. Terima kasih :)